Ini cerita dengan mobil panther tahun 2000 yang sudah saya beli di akhir tahun 2021. Sebelumnya saya punya kijang super tahun 1991. Memang benar kijang super dikenal dengan ketangguhannya terutama dibagian mesin dan kaki-kakinya yang kuat, tetapi untuk saya pribadi kijang super ini termasuk mobil yang kurang efisien alias boros. BBM dengan menggunakan pertalite untuk pemakaian luar kota bisa mencapai 1:9, dengan kapasitas silinder 1500cc. Saya orangnya lebih mengutamakan efisiensi, setelah riset dan research akhirnya pilihan itu menuju pada panther.
Mulailah perburuan panther, dengan spesifikasi yang sudah saya tentukan sendiri, karena pada dasarnya mobil ini sudah menjadi kebutuhan untuk saya (red. Bukan keinginan). Pertama, harus yang sudah 2.5, kedua, AC masih fungsi dingin, ketiga, mesin tidak ngobos, keempat, body tidak banyak yang kropos. Setelah spesifikasi saya tentukan maka selebihnya adalah bonus. Seperti kita ketahui panther mempunyai banyak jenis, seperti royale, grand royal, royal min, higrade, new higrade, hi-sporty, sporty. Saya pribadi tidak masalah untuk jenis panthernya, asalkan spesifikasi yang sudah saya tentukan terpenuhi, toh mesin dan suku cadang semuanya sama.
Pada akhirnya setelah perburuan yang cukup panjang, mulai dari market online, hingga mengandalkan blantik/ makelar, panther sesuai dengan spesifikasi tersebut adalah panther royal min tahun 2000. Harganya cukup menarik yaitu Rp55.7jt, panther masih memiliki harga yang cukup stabil dan relatif tinggi. Panther royale min ini hanya memiliki AC single blower dan pintu yang masih belum menggunakan power window, sisanya semuanya saya kira secara umum sama. Apalagi yang dicari dari si panther kalau bukan ketangguhan mesinnya, badak banget.
Awalnya dulu sempat takut juga pindah dari mobil bensin ke diesel seperti panther, hal ini karena omongan beberapa orang seperti perawatan yang mahal mobil diesel. Panther juga dikenal tidak memiliki tarikan mesin yang responsive seperti halnya mobil bensin. Selain itu kelemahan pada kaki-kakinya yang gampang ambrol. Suara mesin yang brisik, dan juga bunyi ngik ngik didalam kabin. Semua argument ini saya lawan, menurutku semua mesin semua mobil akan sama saja, jika tanpa perawatan yang benar dan pemakaian yang asal-asalan maka juga akan banyak permasalahan. Buktinya juga banyak panther bertebaran dijalan pasti semua bisa teratasi.
Benar saja setelah beberapa bulan saya pakai panther, malahan saya lebih puas pakai panther ketimbang kijang super yang sebelumnya pernah saya pakai. Memang sih tidak head to head dari segi tahun juga sudah beda. Tetapi secara umum yang dikatakan argument orang tidaklah semenakutkan itu tentang mobil diesel panther. Panther ini irit dan bertenaga, saya seringkali perjalanan kediri-jogja dengan jarak tempuh 269an km biaya untuk beli solar kurang dari Rp100.000,-(masih bisa muter-muter kota) atau jika dihitung bisa 1:15. Kecepatan panther saya ini juga kerapkali mencapai 130-140kpj ya mungkin bisa lebih irit kalau dibawa santai tarikannya pun masih oke. Kalaupun memang nantinya butuh perawatan berlebih maka uang untuk pembelian BBM bisa ditabung dialihkan untuk perawatan yang lain. Terutama jika dibandingkan dengan kijang super saya yang dulu sekali ke jogja bisa lebih dari Rp200.000,- sekali berangkat, bisa 2 kali lipat pengeluaran transportasinya. Penghematan ini bisa dialihkan untuk perawatan kenyamanan yang lain,, seperti pembenahan interior agar tidak berisik, ball joint yang bagus dll. Apalagi panther ini juga merupakan mobil pekerja, bisa dibuat angkut beban cukup banyak didukung dengan kabin yang lega.
Saya kira setelah menggunakan mobil diesel, selanjutnya sudah tidak ada keinginan untuk kembali ke mobil bensin lagi, gag percaya? Coba saja!!
Reply